Translate

Monday, May 30, 2016

Claudio Gentile Si tukang Jagal

Juventus terkenal punya banyak sejarah dalam memiliki pemain-pemain galak, buas dan tanpa kompromi. Kita pernah memiliki Paolo Montero, kapten Uruguay yang terkenal dengan kekerasannya di dalam lapangan. Lalu ada Edgar Davids, kendati memiliki teknik yang sangat baik namun tenaga, semangat dan kebuasannya di lapangan lah yang menonjol dari gelandang asal Belanda ini. Bahkan pelatih Juventus sekarang, Antonio Conte pun terkenal dengan semangatnya yang berapi-api di setiap laga walaupun tidak memiliki skill yang istimewa namun keberanian dan semangat tanpa kompromi Conte sangat ditakuti lawan.
Apakah mereka saja? Tentu tidak! Masih ada nama-nama seperti Moreno Toricelli, Ciro Ferrara, Alessio Tacchinardi dan bahkan sekarang kita punya Chiellini dan Lichsteiner yang tidak akan pikir panjang untuk menyikat lawan- lawannya tanpa pandang bulu. Namun semua buah-buah ini tidak tumbuh begitu saja tanpa akarnya bukan? Maka dari itu mari kita sambut BAPAKNYA binatang buas…..CLAUDIO GENTILE!
Kendati memiliki nama yang kental dengan aroma Italia, Gentile sebenarnya dilahirkan di Tripoli, ibu kota Libya, tahun 1953. Dilahirkan di Libya membuat Gentile dijuluki ‘Qaddafi’ sepanjang karirnya. Terkenal sebagai pemain yang keras, buas dan kasar, begitu juga dengan perjalanan karir Gentile. Pemain yang memiliki tinggi 1.78 m ini mengawali karir di klub serie D bernama Arona pada tahun 1971-1972. Hanya bertahan setahun di sana, Gentile naik tahta dengan bermain bersama Varese di serie B dimusim 1972-1973. Bakatnya langsung tercium Juventus dan tanpa keraguan Juventus pun memboyongnya ke Turin.
Tiga tahun pertama Gentile merupakan proses adaptasi yang cukup sulit untuk pemain sekelasnya. Di bawah asuhan Cestmir Vycpalek dan Carlo Parola, Gentile sebenarnya diboyong ke Juventus untuk menjadi seorang mediano atau defensive midfielder alternative dari legenda Juventus lain, Giuseppe Furino. Gaya bermainnya yang tidak kenal kompromi dan terus mengawal pemain kunci lawan memang pas untuk memutus serangan lawan, layaknya Genaro Gattuso. Namun apa boleh dikata, nasib Gentile memang bukan di sana. Di posisi barunya tersebut Gentile tidak berkembang ditambah saat itu baik Vycpalek maupun Parola tidak berani mengambil risiko untuk menempatkan Gentile di posisi naturalnya, bek tengah, dikarenakan komposisi lini belakang yang sudah kompak dan matang.
Hingga pada akhirnya Giovani Trapattoni datang ke Juventus tahun 1976 dimana il Trap mencium bakat Gentile memang tidak di lini tengah. Bersama Trapattoni, Gentile dikembalikan ke habitat naturalnya namun kali ini bergeser menjadi bek kiri. Kendati di sepak bola modern seorang full back terkenal dengan naluri menyerangnya, tidak pada jaman itu. Bermain di sektor sayap kiri, Gentile lebih berfungsi menyeimbangkan sistem permainan tim dan lebih banyak bertahan ketimbang maju menyerang. Gentile bermain cukup baik di sisi kiri pertahanan sampai pada akhirnya di awal musim 1977-1978 Trapattoni memutuskan untuk mempromosikan pemain belia, Antonio Cabrini, sebagai bek kiri inti. Trapattoni tentu tidak melupakan Gentile begitu saja, sebagai pemain yang naturalnya berkaki kanan, Gentile digeser ke sisi kanan dimana dia bermain sama baiknya bahkan kali ini sering membantu menyerang.
Trapattoni & Scirea figur penting dalam karir Gentile.
The journey begins….
Sampai pada akhirnya di tahun 1980 Claudio Gentile akhirnya diposisikan sebagai bek tengah Juventus. Di sini lah Gentile memperkenalkan kepada dunia siapa dirinya sebenarnya. Kemampuannya dalam man marking ditopang dengan partnernya Gaetano Scirea membuat Juventus kala itu memiliki pertahanan super yang saya yakini Leonel Messi sekalipun tidak akan lewat!
Claudio Gentile terkenal juga dengan ketekunannya dalam mempelajari lawan- lawannya lewat rekaman video. Sering kali dia mempelajari lawan dan pemain kuncinya selama beberapa hari dan memberikan solusi untuk meredupkannya. Gentile akan mengahalalkan segala cara dalam menghentikan lawan, dari menekelnya ketika wasit sedang lengah, mencakarnya ketika membantu pemain lawan berdiri, selalu membayangi pemain kunci lawan bahkan mengintimidasi lawan melalui man markingnya yang super ketat. Bahkan legenda Inggris, Gordon Hill mengatakan, “Gentile akan berdiri di atas kepala neneknya demi merebut bola!”
Top of the world
Tahun 1982 adalah puncak dari karir sepak bolanya. Bersama Gaetano Scirea, Gentile bersama-sama membantu Italia memenangkan Piala Dunia 1982 di Spanyol. Italia kala itu harus melewati lawan-lawan berat selama kompetisi. Setelah fase grup pertama dimana Italia hanya finis sebagai runner up, fase grup kedua mereka harus berhadapan dengan Brazil dan Argentina yang diperkuat Zico dan Diego Maradona, dua pemain dunia yang sedang meroket.
Lawan Italia dipertandingan pertama fase grup kedua adalah Argentina. Di interviewnya Gentile mengatakan dia mempelajari gerak-gerik Maradona selama 3 hari sebelum pertandingan. Alhasil Gentile benar-benar mematikan lenggak-lenggok Maradona saat itu. Yang lebih menarik adalah Gentile sama sekali tidak menerima kartu kuning walaupun mengawal ketat dan mengasari Maradona selama pertandingan. Ironisnya, malah Maradona terkena kartu kuning karena terlalu banyak mengeluh! Mengomentari hal ini, Gentile mengatakan, “Sepak bola memang bukan untuk ballerina.” Terkesan angkuh, namun apa boleh dikata Gentile selalu membuktikan kata-katanya di lapangan.
Sadar Italia harus menang demi melangkah lebih jauh, pelatih Italia saat itu, Enzo Bearzot menginstruksikan Gentile untuk mengawal Zico yang merupakan salah satu pemain terbaik dunia setahun sebelumnya ketika berhadapan dengan Brazil. Tanpa ampun Gentile pun mematikan Zico sampai-sampai merobek baju Zico! Gentile tidak berhenti, di final pun tanpa ampun dia mengawal Pierre Littbarski dan juga memberikan cross yang mengawali gol pertama Italia! Fenomenal!
Banyak yang mengkritik Gentile, banyak pula yang memujinya. Gentile sendiri hanya membuktikan semuanya di lapangan. Terkenal dengan kekerasannya di lapangan, selama kompetisi Piala Dunia 1982 Gentile pun tidak pernah diusir wasit. Gentile memang tidak sekedar mengandalkan otot, kecerdasannya dalam membaca pola permainan dan pergerakan lawan sangat fantastis. Faktor-faktor ini lah yang membuatnya benar-benar disegani lawan. Seorang legenda Argentina lainnya, Mario Kempes pernah berujar, “Seandainya anda pergi ke toilet, Gentile akan terus mengikuti Anda.”
Lebih dari satu dekade bersama Juventus, Claudio Gentile bermain sebanyak 414 kali. Selama itulah Gentile memenangkan 6 scudetto, 2 Coppa Italia, satu Piala Winners dan mungkin yang paling berkesan ada Piala UEFA tahun 1976 dimana itu adalah pertama kalinya si nyonya tua memenangkan gelar international. Gentile terkenal dengan kekasarannya di atas lapangan tetapi Gentile adalah legenda, Gentile adalah panutan. Bersama Scirea yang terkenal kalem dan tenang, mereka berdua telah memperkenalkan dunia warna Juventus sesungguhnya. Hitam yang melambangkan kekerasan seorang Claudio Gentile dipadukan dengan putihnya ketenganan dan kelas seorang Gaetano Scirea.
Akhir kata, pernah ada kabar burung ketika Kevin Keegan akan naik ke podium menerima gelar pemain terbaik Eropa tahun 1978. Kala itu Gentile dikabarkan sengaja menyandung Keegan, dan ketika membantunya berdiri Gentile berbisik, “Kamu tidak akan memenangkan gelar apapun jika saja aku sempat menjagamu.” Benarkan dia mengatakan itu? Well, selain keras Gentile juga terkenal dengan selera humornya yang tinggi. Apapun itu mari kita doakan yang terbaik untuk Claudio Gentile yang sekarang menukangi tim nasional Libya. All the best Gentile!



No comments:

Post a Comment

About Me

Popular Posts

Designed By Seo Blogger Templates