Juventus terkenal punya banyak sejarah dalam memiliki pemain-pemain
galak, buas dan tanpa kompromi. Kita pernah memiliki Paolo Montero,
kapten Uruguay yang terkenal dengan kekerasannya di dalam lapangan. Lalu
ada Edgar Davids, kendati memiliki teknik yang sangat baik namun
tenaga, semangat dan kebuasannya di lapangan lah yang menonjol dari
gelandang asal Belanda ini. Bahkan pelatih Juventus sekarang, Antonio
Conte pun terkenal dengan semangatnya yang berapi-api di setiap laga
walaupun tidak memiliki skill yang istimewa namun keberanian dan
semangat tanpa kompromi Conte sangat ditakuti lawan.
Apakah mereka
saja? Tentu tidak! Masih ada nama-nama seperti Moreno Toricelli, Ciro
Ferrara, Alessio Tacchinardi dan bahkan sekarang kita punya Chiellini
dan Lichsteiner yang tidak akan pikir panjang untuk menyikat lawan-
lawannya tanpa pandang bulu. Namun semua buah-buah ini tidak tumbuh
begitu saja tanpa akarnya bukan? Maka dari itu mari kita sambut BAPAKNYA
binatang buas…..CLAUDIO GENTILE!
Kendati memiliki nama yang kental
dengan aroma Italia, Gentile sebenarnya dilahirkan di Tripoli, ibu kota
Libya, tahun 1953. Dilahirkan di Libya membuat Gentile dijuluki
‘Qaddafi’ sepanjang karirnya. Terkenal sebagai pemain yang keras, buas
dan kasar, begitu juga dengan perjalanan karir Gentile. Pemain yang
memiliki tinggi 1.78 m ini mengawali karir di klub serie D bernama Arona
pada tahun 1971-1972. Hanya bertahan setahun di sana, Gentile naik
tahta dengan bermain bersama Varese di serie B dimusim 1972-1973.
Bakatnya langsung tercium Juventus dan tanpa keraguan Juventus pun
memboyongnya ke Turin.
Tiga tahun pertama Gentile merupakan proses
adaptasi yang cukup sulit untuk pemain sekelasnya. Di bawah asuhan
Cestmir Vycpalek dan Carlo Parola, Gentile sebenarnya diboyong ke
Juventus untuk menjadi seorang mediano atau defensive midfielder
alternative dari legenda Juventus lain, Giuseppe Furino. Gaya bermainnya
yang tidak kenal kompromi dan terus mengawal pemain kunci lawan memang
pas untuk memutus serangan lawan, layaknya Genaro Gattuso. Namun apa
boleh dikata, nasib Gentile memang bukan di sana. Di posisi barunya
tersebut Gentile tidak berkembang ditambah saat itu baik Vycpalek maupun
Parola tidak berani mengambil risiko untuk menempatkan Gentile di
posisi naturalnya, bek tengah, dikarenakan komposisi lini belakang yang
sudah kompak dan matang.
Hingga pada akhirnya Giovani Trapattoni
datang ke Juventus tahun 1976 dimana il Trap mencium bakat Gentile
memang tidak di lini tengah. Bersama Trapattoni, Gentile dikembalikan ke
habitat naturalnya namun kali ini bergeser menjadi bek kiri. Kendati di
sepak bola modern seorang full back terkenal dengan naluri
menyerangnya, tidak pada jaman itu. Bermain di sektor sayap kiri,
Gentile lebih berfungsi menyeimbangkan sistem permainan tim dan lebih
banyak bertahan ketimbang maju menyerang. Gentile bermain cukup baik di
sisi kiri pertahanan sampai pada akhirnya di awal musim 1977-1978
Trapattoni memutuskan untuk mempromosikan pemain belia, Antonio Cabrini,
sebagai bek kiri inti. Trapattoni tentu tidak melupakan Gentile begitu
saja, sebagai pemain yang naturalnya berkaki kanan, Gentile digeser ke
sisi kanan dimana dia bermain sama baiknya bahkan kali ini sering
membantu menyerang.
Trapattoni & Scirea figur penting dalam karir Gentile.
The journey begins….
Sampai pada akhirnya di tahun 1980 Claudio Gentile akhirnya diposisikan
sebagai bek tengah Juventus. Di sini lah Gentile memperkenalkan kepada
dunia siapa dirinya sebenarnya. Kemampuannya dalam man marking ditopang
dengan partnernya Gaetano Scirea membuat Juventus kala itu memiliki
pertahanan super yang saya yakini Leonel Messi sekalipun tidak akan
lewat!
Claudio Gentile terkenal juga dengan ketekunannya dalam
mempelajari lawan- lawannya lewat rekaman video. Sering kali dia
mempelajari lawan dan pemain kuncinya selama beberapa hari dan
memberikan solusi untuk meredupkannya. Gentile akan mengahalalkan segala
cara dalam menghentikan lawan, dari menekelnya ketika wasit sedang
lengah, mencakarnya ketika membantu pemain lawan berdiri, selalu
membayangi pemain kunci lawan bahkan mengintimidasi lawan melalui man
markingnya yang super ketat. Bahkan legenda Inggris, Gordon Hill
mengatakan, “Gentile akan berdiri di atas kepala neneknya demi merebut
bola!”
Top of the world
Tahun 1982 adalah puncak dari karir
sepak bolanya. Bersama Gaetano Scirea, Gentile bersama-sama membantu
Italia memenangkan Piala Dunia 1982 di Spanyol. Italia kala itu harus
melewati lawan-lawan berat selama kompetisi. Setelah fase grup pertama
dimana Italia hanya finis sebagai runner up, fase grup kedua mereka
harus berhadapan dengan Brazil dan Argentina yang diperkuat Zico dan
Diego Maradona, dua pemain dunia yang sedang meroket.
Lawan Italia
dipertandingan pertama fase grup kedua adalah Argentina. Di interviewnya
Gentile mengatakan dia mempelajari gerak-gerik Maradona selama 3 hari
sebelum pertandingan. Alhasil Gentile benar-benar mematikan
lenggak-lenggok Maradona saat itu. Yang lebih menarik adalah Gentile
sama sekali tidak menerima kartu kuning walaupun mengawal ketat dan
mengasari Maradona selama pertandingan. Ironisnya, malah Maradona
terkena kartu kuning karena terlalu banyak mengeluh! Mengomentari hal
ini, Gentile mengatakan, “Sepak bola memang bukan untuk ballerina.”
Terkesan angkuh, namun apa boleh dikata Gentile selalu membuktikan
kata-katanya di lapangan.
Sadar Italia harus menang demi melangkah
lebih jauh, pelatih Italia saat itu, Enzo Bearzot menginstruksikan
Gentile untuk mengawal Zico yang merupakan salah satu pemain terbaik
dunia setahun sebelumnya ketika berhadapan dengan Brazil. Tanpa ampun
Gentile pun mematikan Zico sampai-sampai merobek baju Zico! Gentile
tidak berhenti, di final pun tanpa ampun dia mengawal Pierre Littbarski
dan juga memberikan cross yang mengawali gol pertama Italia! Fenomenal!
Banyak yang mengkritik Gentile, banyak pula yang memujinya. Gentile
sendiri hanya membuktikan semuanya di lapangan. Terkenal dengan
kekerasannya di lapangan, selama kompetisi Piala Dunia 1982 Gentile pun
tidak pernah diusir wasit. Gentile memang tidak sekedar mengandalkan
otot, kecerdasannya dalam membaca pola permainan dan pergerakan lawan
sangat fantastis. Faktor-faktor ini lah yang membuatnya benar-benar
disegani lawan. Seorang legenda Argentina lainnya, Mario Kempes pernah
berujar, “Seandainya anda pergi ke toilet, Gentile akan terus mengikuti
Anda.”
Lebih dari satu dekade bersama Juventus, Claudio Gentile
bermain sebanyak 414 kali. Selama itulah Gentile memenangkan 6 scudetto,
2 Coppa Italia, satu Piala Winners dan mungkin yang paling berkesan ada
Piala UEFA tahun 1976 dimana itu adalah pertama kalinya si nyonya tua
memenangkan gelar international. Gentile terkenal dengan kekasarannya di
atas lapangan tetapi Gentile adalah legenda, Gentile adalah panutan.
Bersama Scirea yang terkenal kalem dan tenang, mereka berdua telah
memperkenalkan dunia warna Juventus sesungguhnya. Hitam yang
melambangkan kekerasan seorang Claudio Gentile dipadukan dengan putihnya
ketenganan dan kelas seorang Gaetano Scirea.
Akhir kata, pernah ada
kabar burung ketika Kevin Keegan akan naik ke podium menerima gelar
pemain terbaik Eropa tahun 1978. Kala itu Gentile dikabarkan sengaja
menyandung Keegan, dan ketika membantunya berdiri Gentile berbisik,
“Kamu tidak akan memenangkan gelar apapun jika saja aku sempat
menjagamu.” Benarkan dia mengatakan itu? Well, selain keras Gentile juga
terkenal dengan selera humornya yang tinggi. Apapun itu mari kita
doakan yang terbaik untuk Claudio Gentile yang sekarang menukangi tim
nasional Libya. All the best Gentile!

No comments:
Post a Comment